Sunday, July 23, 2006

"Father" - less Pipit

Pipit adalah seorang anak kelas 4 SD. Sekilas, dia tidak jauh beda dengan anak-anak lain seusianya, bersekolah, bermain, nonton TV, punya keluarga. Tapi mungkin perbedaan dengan anak-anak sebayanya adalah dia sangat jarang, atau bahkan tidak pernah mengucapkan kata "Pak" atau "Bapak". Mungkin itu adalah sebuah kata yang sudah ditabukan oleh Ibunya. Sebuah kata yang hanya bisa ia rindukan, hanya tinggal dalam angannya, dan menimbulkan rasa iri ketika menyaksikan anak lain di bonceng atau dirangkul ayahnya.

Apa Pipit tak punya bapak?

Secara darah Pipit memang punya bapak kandung. Tapi secara legal (hukum) Pipt hanya punya ibu, karena dalam Surat Kelahiran dia adalah anak dari Ibu XXX, bukan Bapak XXX. Kenapa bisa demikian? Karena dia adalah hasil hubungan ibunya (yang saat itu masih single) dengan seorang tetangga yang telah mempunyi istri. Meskipun dia dulu telah berjanji untuk menanggung biaya hidup anaknya, tapi semua hanya janji, tidak ada realisasi. Kini semua tanggungjawab berpulang pada Ibunya, yang bekerja disebuah Pusat Fotokopi setelah kena PHK dari pabrik tempatnya bekerja sebelumnya.

Karena bertetangga, Pipit sering melihat Bapaknya, tapi tak pernah punya keberanian untuk memanggilnya "Pak". Si Bapak-pun sering melihat anaknya, tapi tak pernah punya keinginan untuk memanggilnya "Nak". Entah salah siapa, tapi Pipit adalah seorang anak yang punya beban psikologis saat ini dan selama hidupnya.

Selamat Hari Anak Nasonal tuk Pipit dan sejuta Pipit lainnya di dunia.
We were kids, and will have kid(s) oneday.

July 23, 2006/13.00 PM

Saturday, July 22, 2006

Jennifer dan Puput

Sungguh menyenangkan melihat anak-anak yang cerdas dan pintar. Seperti yang aku lihat pagi tadi di Berita, Jennifer seorang anak kelas 6 SD yang baru saja pulang mengikuti olimpiade matematika di Hongkong. "Mendapat medali emas, rasanya sih seneng banget karena bisa mengharumkan nama bangsa", itulah kata-katanya ketika diwawancarai oleh reporter. Dari wajahnya terlihat bahwa dia adalah keturunan chinese, yang di negeri ini diidentikkan dnegan orang yang berada. Entah kenyataan sebenarnya bagaimana. Mungkin Jennifer adalah gambaran seorang anak yang sangat beruntung karena tumbuh dilingkungan yang berada, yang mampu mengarahkan potensi yang ia miliki sehingga pada usianya yang masih muda dia sudah bisa berprestasi.

Tidak demikian halnya dengan Puput, seorang anak laki-laki dilingkunganku yang harus rela tidak melanjutkan SMP meskipun dia sangat menginginkannya, karena terbentur biaya. Sebenarnya, dia adalah seorang anak yang cukup cerdas. Bahkan mungkin bila diarahkan dengan benar bisa menjadi sangat cerdas. Tapi apa boleh buat, ternyata dia memang tidak cukup beruntung untuk bersekolah lagi seperti teman-temannya yang lain. Kini, di usianya yang belum genap 16 tahun ia harus bekerja untuk membantu ekonomi keluarga, dengan jumlah 4 saudara, dengan pekerjaan orangtuanya yang pas-pasan dan adik-adik yang masih kecil.

Betapa penting peran uang dan pendidikan orang tua dalam masa depan seorang anak? Silahkan disimpulkan sendiri. Kenapa Jennifer mahir matematika? Karena sejak kecil mungkin ia telah bersekolah di TK unggulan, SD-nya adalah SD favorit. Dan sejak kecil orang tuahya mungkin telah mencoba menggali bakatnya dengan memberikan les sempoa, memberikan Scrabble sebagai mainan, dst. Sementara Puput, sepulang sekolah ia harus mengasuh adiknya yang masih bayi karena ibunya belum pulang bekerja, dan sore harinya ia harus mencuci piring sambil memasak nasi untuk keluarga.

Jelang Hari Anak Nasional.
July 22,2006/12.30 PM

Wednesday, July 12, 2006

Tiara's Blog: a Review

"Smart!"
Itu yang bisa kusimpulkan setelah membuka-buka blognya Tiara Lestari.
Pertama tahu nama Tiara dari detikhot.com, sebuah divisi pada website detik.com yang mengulas masalah entertainment dan lifestyle. Kalau ga salah saat itu tentang penampilan Tiara di Playboy Spain (kalo mau tahu pic nya gimana search sendiri :P) dan sedikit ulasan tentang asal-usul Tiara yang dari Solo (satu kota ma aku..hehe), tapi banyak menghabiskan waktu di Singapore untuk menekuni modelling.

Kemudian baca-baca di detikinet.com eh ada ulasan tentang ajakan Tiara kepada para model untuk nge-blog. Saat itu sih ga ingin nyari-nyari blog address e. Tapi setelah liat ulasan tentang Tiara di beberapa media, penasaran juga pengen liat kayak apa sih blog Tiara

Kalo dari segi appearance sih, menurutku biasa saja, ga banyak bedanya sama blog-blog lain Tapi setelah eksplorasi ke beberapa link, ternyata memang banyak tulisan yang menunjukkan bahwa Tiara adalah seorang model dengan pemikiran yang mature.

Dari segi foto sih kita ga akan menemukan foto ala Playboy Spain, biasa-biasa aja. Tapi memang ada beberapa yang cukup ehem-ehem, terutama pada link "Tiara For Women Only" (nah lo..yang cowok mesti pengen buka :p).

Despite her past, her blog is quite inspiring...
June 12, 2006/12.35



Monday, July 10, 2006

Beda Agama?

Lucu rasanya waktu tadi pagi melihat sekilas berita di infotainment tentang kebahagiaan Dedy Corbuzier (DC) saat aqiqah-an anak mereka. Saat DC ditanya apa makna aqiqah bagi dia, dia bilang: "Ga tahu, saya kurang tahu, itu hanya sesuai apa yang dianut istri saya". Setelah beberapa lama kemudian ternyata aku baru tahu kalo DC beragama Katholik sementara istrinya beragama Islam. Menurut mereka setelah aqiqah ini, beberapa hari lagi (kalau nggak salah sih hari ke-40) akan diadakan pemberkatan dari pihak Gereja sesuai apa yang dianut DC. Dan mereka menyatakan bahwa setelah besar nanti anak mereka boleh memilih agama apa saja asal diyakini dengan benar, demokratis gituh...

Kalo menurutku sih malah kasihan tu si baby yang baru lahir....pada masa pertumbuhan nanti sangat berpotensi menciptakan kebingungan pikiran, terutama masalah keyakinan. Dan diantara kedua orang tuapun pasti tercipta saling tarik-menarik untuk mempengaruhi si anak supaya lebih cenderung ke salah satu agama. Akibatnya, agama A setengah-setengah, Agama B juag setengah-setengah.

Tidak hanya DC dan istrinya yang menjadi pasangan dari hasil pernikahan beda agama. Bahkan di masyarakat bisa pun sangat sering terjadi. Biasanya pada saat upacara pernikahan, salah satu akan mengalah dan sementara menganut agama pasangannya untuk mempermudah proses pernikahan, karena di Indonesia setahuku tidak diperbolehkan nikah beda agama. Tapi setelah pernikahan, mungkin akan kembali ke keyakinan semula. Yah, keyakinan adalah masalah hati. Tapi keyakinan kadang juga bukan apa-apa bagi sebagian orang yang rela menukarnya dengan istri/suami, harta, dan "true love".

Tapi setahuku, dari apa yang kulihat dari tetangga-tetangga dan teman-teman bahkan selebritis sekalipun, sangat jarang yang menjalani pernikahan dengan bahagia yang berdasar perbedaan ini. Entahlah bila anda yang membaca tulisan ini merupakan pasangan berbeda agama tapi merasakan true-happiness.

Mmm...penting atau tidak agama dalam sebuah pernikahan memang tergantung pada urutan prioritas keberapa kita meletakkan agama, no 1, no 2, no 100? To my view, however, If Deff Lepard says "When Love and Hate Collides", a marriage between two persons with different religions can be"When Love and Love Collides". And in a collision, there must be a part getting ruined.

What do you think?

July 17, 2006/13.50


Thursday, July 06, 2006

Watuk and Watak

“Dikasih tahu paling juga ga tahu.”
Duh betapa manisnya ucapan itu dari seseorang yang telah bertahun-tahun “bersama”. Memang sih kemungkinan 99 persen aku ga tahu yang mungkin akan ia katakan, tapi apa ga ada cara lain yang lebih soft? Ataukah aku yang lagi sensitif? Mungkin perkataanya karena pengaruh ngantuk akibat nonton bola sampai jam 4 pagi, dan jam 7 sudah harus standbye untuk kerja. Mungkin telponku adalah sesuatu yang unexpected, bahkan unwanted.

Sebulan ini, setelah pembicaraan mengenai privacy, aku mulai menyadari bahwa apapun status kami, dia butuh privacy, butuh personal space yang ga ingin d masuki oleh siapapun, termasuk aku. Sayangnya, mana yang privacy mana yang bukan jarang dibicarakan sehingga mungkin aku dia anggap sering "masuk" saat dia tidak menginginkan, saat dia butuh ketenangan, saat kehadiranku hanya menjadi gangguan. But how was I to know if he did not tell me? Memang keterbukaan dan kesediaan untuk berbagi tidak milik semua orang sehingga tak jarang menimbulkan misunderstanding dan konflik. Mungkin kutipan dari sebuah artikel berikut ada benarnya:

“Permulaan cinta adalah dengan membiarkan orang yang kita cintai menjadi dirinya sendiri dan tidak membentuk mereka menjadi sesuai keinginan kita. Dengan kata lain kita mencintai bayangan kita yang ada pada diri mereka”.

Selama bertahun-tahun mungkin aku telah salah dengan berharap bahwa dia akan merubah sikap atau karakter yang cenderung kurang share yang dalam versiku "kurang baik" untuk sebuah relationship. Berkali-kali kucoba, tapi nihil. Setiap kali aku berusaha, perubahan hanya berlangsung sementara, dan setelah itu akhirnya semua kembali ke karakter semula, ke dirinya sendiri. Mungkin benar sebuah perkataan dalam bahasa Jawa:”watuk okeh obat e, yen watak di gowo sak matine” (Batuk banyak obatnya, tapi kalau watak (karakter) akan terbawa sampai mati).

Demi kebaikan semua, like or dislike mungkin untuk saat ini, yang terbaik adalah "diam" dan nrimo. Memberikan kesempatan baginya untuk melakukan yang terbaik dalam versinya.

July 6, 2006/ 12.15 pm

Tuesday, July 04, 2006

Where is the love?

So… “far”…

I’ve been trying to hold you

But each step of my going forward

Double steps of your going backward

For years,

As if you were a star above the sky

And I’ve been only the one to see

I should be mistaken

If I’d demanded your 24/7 devotion

I deserved a blame

If I’d come with every second of your time

Had I ?
Do I ?

After all the years

After all the tears

You’ve taught me one thing

That love is not sharing, but self-defending.