Monday, July 10, 2006

Beda Agama?

Lucu rasanya waktu tadi pagi melihat sekilas berita di infotainment tentang kebahagiaan Dedy Corbuzier (DC) saat aqiqah-an anak mereka. Saat DC ditanya apa makna aqiqah bagi dia, dia bilang: "Ga tahu, saya kurang tahu, itu hanya sesuai apa yang dianut istri saya". Setelah beberapa lama kemudian ternyata aku baru tahu kalo DC beragama Katholik sementara istrinya beragama Islam. Menurut mereka setelah aqiqah ini, beberapa hari lagi (kalau nggak salah sih hari ke-40) akan diadakan pemberkatan dari pihak Gereja sesuai apa yang dianut DC. Dan mereka menyatakan bahwa setelah besar nanti anak mereka boleh memilih agama apa saja asal diyakini dengan benar, demokratis gituh...

Kalo menurutku sih malah kasihan tu si baby yang baru lahir....pada masa pertumbuhan nanti sangat berpotensi menciptakan kebingungan pikiran, terutama masalah keyakinan. Dan diantara kedua orang tuapun pasti tercipta saling tarik-menarik untuk mempengaruhi si anak supaya lebih cenderung ke salah satu agama. Akibatnya, agama A setengah-setengah, Agama B juag setengah-setengah.

Tidak hanya DC dan istrinya yang menjadi pasangan dari hasil pernikahan beda agama. Bahkan di masyarakat bisa pun sangat sering terjadi. Biasanya pada saat upacara pernikahan, salah satu akan mengalah dan sementara menganut agama pasangannya untuk mempermudah proses pernikahan, karena di Indonesia setahuku tidak diperbolehkan nikah beda agama. Tapi setelah pernikahan, mungkin akan kembali ke keyakinan semula. Yah, keyakinan adalah masalah hati. Tapi keyakinan kadang juga bukan apa-apa bagi sebagian orang yang rela menukarnya dengan istri/suami, harta, dan "true love".

Tapi setahuku, dari apa yang kulihat dari tetangga-tetangga dan teman-teman bahkan selebritis sekalipun, sangat jarang yang menjalani pernikahan dengan bahagia yang berdasar perbedaan ini. Entahlah bila anda yang membaca tulisan ini merupakan pasangan berbeda agama tapi merasakan true-happiness.

Mmm...penting atau tidak agama dalam sebuah pernikahan memang tergantung pada urutan prioritas keberapa kita meletakkan agama, no 1, no 2, no 100? To my view, however, If Deff Lepard says "When Love and Hate Collides", a marriage between two persons with different religions can be"When Love and Love Collides". And in a collision, there must be a part getting ruined.

What do you think?

July 17, 2006/13.50


2 Comments:

At July 22, 2006 10:53 AM, Blogger Afin Yulia said...

setahuku kebanyakan merasakan ketidak bahagaiaan karena itu, meski mereka tidak mengakuinya tetapi yang terjadi justru sebaliknya, banyak anak-anak yang jadi korban, bahkan seringkali merasa tak tahan
my ex boss punya suami australia kebetulan masalah agama emang gak masalah itupun karena si suami tak peduli soal agama, tapi mereka justru break up karena budaya, dan ketidak sadaran suami tentang kewajibannya sebagai suami

cool, i like what u wrote

 
At July 27, 2006 12:59 AM, Anonymous Anonymous said...

Hmm...hmmm
musti komentar gimana ya
yang saya alami saya tidak pernah ditarik-tarik dan kalaupun divonis tidak bahagia keyaknya malah bukan karena perbedaan ini, justru lebih ke kualitas (ke)pribadi(annya). Tapi memang lebih MUDAH (belum tentu lbh baik ..) yang seiman. He he pilihan hidup ya. Ini menurut pengalaman saya lho, banyak yang saya jumpai berhasil juga..tapi tentu saja jauh dari MUDAH.

 

Post a Comment

<< Home