"Father" - less Pipit
Pipit adalah seorang anak kelas 4 SD. Sekilas, dia tidak jauh beda dengan anak-anak lain seusianya, bersekolah, bermain, nonton TV, punya keluarga. Tapi mungkin perbedaan dengan anak-anak sebayanya adalah dia sangat jarang, atau bahkan tidak pernah mengucapkan kata "Pak" atau "Bapak". Mungkin itu adalah sebuah kata yang sudah ditabukan oleh Ibunya. Sebuah kata yang hanya bisa ia rindukan, hanya tinggal dalam angannya, dan menimbulkan rasa iri ketika menyaksikan anak lain di bonceng atau dirangkul ayahnya.
Apa Pipit tak punya bapak?
Secara darah Pipit memang punya bapak kandung. Tapi secara legal (hukum) Pipt hanya punya ibu, karena dalam Surat Kelahiran dia adalah anak dari Ibu XXX, bukan Bapak XXX. Kenapa bisa demikian? Karena dia adalah hasil hubungan ibunya (yang saat itu masih single) dengan seorang tetangga yang telah mempunyi istri. Meskipun dia dulu telah berjanji untuk menanggung biaya hidup anaknya, tapi semua hanya janji, tidak ada realisasi. Kini semua tanggungjawab berpulang pada Ibunya, yang bekerja disebuah Pusat Fotokopi setelah kena PHK dari pabrik tempatnya bekerja sebelumnya.
Karena bertetangga, Pipit sering melihat Bapaknya, tapi tak pernah punya keberanian untuk memanggilnya "Pak". Si Bapak-pun sering melihat anaknya, tapi tak pernah punya keinginan untuk memanggilnya "Nak". Entah salah siapa, tapi Pipit adalah seorang anak yang punya beban psikologis saat ini dan selama hidupnya.
Selamat Hari Anak Nasonal tuk Pipit dan sejuta Pipit lainnya di dunia.
We were kids, and will have kid(s) oneday.
July 23, 2006/13.00 PM
1 Comments:
Hi lagi ya, wah kamu punya concern bgt ya sama anak-anak, padahal anak-anak harusnya bahagia ya? seandainya kita pipit, kita mesti gimana ya?
Sering kita merasa tak berdaya melihat penderitaan orang tapi kita cuma bisa mengelus dada kan?
oh ya u jarang blogwalking ya, yang kasih komen dikit deh non, c'mon
blogwalking biar dikenal
Post a Comment
<< Home